Senin, 13 Juni 2011

Operasi Udara Trikora






Bab KEKUATAN UDARA AURI
Ketika keuatan udara AURI dipersiapkan untuk mendukung operasi militer ke Irian Barat baik pesawat maupun persenjataan yang dimiliki sedang dalam kondisi puncak. Pemerintah Belanda yang kemudian mengetahui air power AURI itu akhirnya memilih menyelesaikan konflik Irian Barat secara damai.
Untuk melancarkan serbuan ke Irian Barat, tindakan awal AURI adalah mempersiapkan pangkalan-pangkalan udara yang berada di Indonesia Bagian Timur. Pangkalan udara itu antara lain Pangkalan Udara Kendari di Sulawesi Tenggara, Maumere di NTT, Morotai, Laha, Liang, Amahai, Langgur, Letfuan dan Bula (Maluku), serta Mandai (Makasar). Sementara pesawat-pesawat tempur yang akan dibeli dari Rusia demi mendukung operasi Komando TRIKORA adalah pesawat tempur penyergap, pengebom dan transpor. Pesawat tempur penyergap terdiri dari Mig-15, Mig-17, Mig-19, dan Mig-21. Sementara pesawat pengebom terdiri dari Il-28, Tu-16, Tu-16K dan pesawat transpor Antonov serta helikopter Mi-4 dan Mi-6.

Sebagai kekuatan pemukul, alutsista yang dimiliki AURI merupakan komponen utama Komando Mandala yang secara administratif berada di bawah pimpinan Komodor Udara Leo Wattimena. Sementara staf lainnya yang bertugas di Markas Besar AU bertugas menyiapkan kesiapan tempur disejumlah pangkalan udara khususnya yang berada di kawasan Indonesia Timur. Komando Regional Udara IV/Maluku berfungsi sebagai staf operasi yang menyuiapkan pangkalan-pangkalan yang diperlukan untuk operasi. Komando Udara III/Makasar berperan sebagai tempat penimbunan logistik dan anggota staf lainnya diambil dari Komando Operasi dalam bentuk tim…….


Hingga bulan Maret 1962 kekuatan udara yang berhasil dihimpun di perbatasan Irian Barat adalah pesawat pembom Il-28 (6 unit), pembom ringan B-25/B-26 (6 unit), Mig -17 (4 unit), P-51 Mustang (7 unit), C-130 Hercules (5 unit), C-47 Dakota (9 unit). Tapi menjelang operasi puncak Jaya Wijaya diluncurkan pesawat-pesawat tempur yang cukup besar dan berhasil membuat gentar Belanda. Pesawat-pesawat tempur itu antara lain buru sergap Mig-17 Fresco (18 unit), pemburu taktis P-51 Mustang (7 unit), pengebom strategis Tu-16 Badger (6 unit dari Morotai), Tu-16 Badger (4 unit dari Surabaya), Tu-16/KS (10 unit dari Madiun) pengebom sedang Il-28 Beagle (8 unit), Il-28 Beagle (2 unit dari Abdulrahma Saleh), pengebom taktis B-25 Mitchell (4 unit), B-26 Invader (2 unit), angkut C-130B Hercules (9 unit), C-47 Dakota (24 unit), Heli SAR UF-1 Albatross (5 unit) dan PBY- 5A Catalina, Mi-4 (6 unit) dan Bell 204 (6 unit) serta oesawat angkut ringan Twin Otter (2 unit). Semua pesawat tempur itu didukung oleh Satuan Radar dan peluru kendali anti serangan udara.

Mengetahui penggelaran kekuatan udara Indonesia yang demikian besar, negara-negara di kawasan Pasifik dan Eropa menjadi khawatir jika konflik antara Belanda dan Indonesia menjadiperang berskala besar. PBB yang semula bersikap kurang tegas, akhirnya berani mendesak Belanda untuk segera menyerahkan Irian Barak ke Indonesia demi melihat kenyataan bahwa Indonesia memiliki kekuatan udara yang memadai. Apalagi pesawat intai U-2 USAF yang melaksanakan misi mata-mata di atas Indonesia berhasi memotret keberadaan pesawat-pesawat tempur muktahir buatan Rusia yang dalam kondisi siap tempur. Laporan dari dari pesawat pengintai USAF yang terbang dari Jepang dan kemudian disampaikan ke pihak Belanda itu akhirnya berhasil menimbulkan efek gentar yang efektif. Alhasil Pemerintah Belanda merasa inferios lalu memutuskan untuk menyerahkan Irian Barat secara damai kepada Indonesia pada 15 Agustus 1962. Angkasa Edisi Koleksi : OPERASI UDARA TRIKORA, Hlm. 36-37.

Selain penggelaran kekuatan udara, Angkasa Edisi Koleksi : OPERASI UDARA TRIKORA juga menyuguhkan operasi infiltrasi udara yang dilakukan AURI (Hlm. 60-65), salah satunya operasi infiltrasi yang berlangsung 18 Maret 1962 dimana AURI dengan B-25, Il-28, Mig-17 berhasil membantu pasukan PG-300 yang dicegat Neptune dan menghadang Hawker Hunter Belanda. Lalu operasi droping infiltrant yang terbagi dalam tiga misi, yakno Operasi Elang, Operasi Gagak, dan Operasi Alap-alap, dimana dalam tiga operasi tersebut, AURI dengan C-130B melakukan droping pasukan seperti 132 anggota PGT-AU pimpinan Radix Sudarsono (Operasi Elang), 141 anggota Banteng Raiders Yon-454/Diponegoro yang dipimpin Mayor Infanter Untung Tujuan (Operasi Gagak) dan 132 personel PGT-AU yang dipimpin LU II B Matitaputty (Operasi Alap-alap) guna mendukung pasukan dari TNI AD (RPKAD) yang dipimpin Mayir Inf. Benny Moerdani (Operasi Naga).

Tidak hanya operasi militer, Angkasa edisi koleksi ini juga mengulas khusus pesawat pembom Tu-16 (Hlm. 72-77), kisah personel darat dalam pengibaran merah putih di Irian Barat (Hlm. 78-89), nama-nama operasi TRIKORA (Hlm. 90-93) dan nama-nama yang berperan penting dalam keberhasilan Operasi TRIKORA, seperti Brigjen Soeharto, Laksdya Udara Omar Dhani, Kolonel (udara) Leo Wattimena. Kolonel Sri Mulyono Herlambang, Mayor Boediarjo (Hlm. 94-105), serta beberapa kesaksian dari veteran Operasi Trikora di Langgur dan Letfuan (Hlm. 106-107).

Yang menarik, walaupun berjudul OPERASI UDARA TRIKORA, Angkasa turut menyertakan pengakuan seorang saksi hidup tragedi Matjan Tutul, Didimus Lesoin. Saksi mata saat itu adalah petugas Personel PHB yang menhubungi Halim, Jakarta, meminta bantuan udara ketika Matjan Tutul tertembak. Walau hanya sedikit, tapi kesaksian Didimus Lesoin sedikit banyak mengungkap pertanyaan : Kemana AURI ketika Matjan Tutul tenggelam?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar